Proyek KA Trans Sumatera Belum Dilirik Investor
JAKARTA - Meski telah digodok secara matang, namun rencana pembangunan jalur kereta api Lampung-Aceh, hingga kini belum dilirik kalangan investor. Padahal untuk membangun Trans Sumatera Railways (TSR) itu diperkirakan menyerap anggaran yang mencapai Rp60 triliun hingga Rp70 triliun.
"Soal berapa banyak investor yang sudah melirik, kita belum sampai kesana," ujar Kepala Pusat Komunikasi dan Informasi Kementerian Perhubungan, Bambang S.Ervan di Jakarta, Jumat (12/10).
Kemenhub menurutnya, hingga saat ini masih terus mendalami tahapan pengkajian pembangunan yang ada. Hal ini mengingat pentingnya rencana pembangunan dilakukan benar-benar matang. Sehingga dapat memenuhi target, TSR rampung tahun 2030 mendatang.
Ervan yakin target dapat terpenuhi, apalagi mengingat di beberapa tempat, "Itu kan sebenarnya jalur kereta api sudah ada. Seperti di Sumatera Selatan maupun Sumatera Utara hingga ke Aceh. Jadi tinggal menghubungkan jalur-jalur tersebut," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Sarana Perkeretaapian Kemhub, Sugiadi Waluyo memaparkan, tim studi pembangunan telah dibagi untuk beberapa tempat. Diantaranya tim untuk Medan, Riau dan Jambi. Hasil dari studi inilah yang kemudian nantinya akan digabung menjadi satu. "Jadi studi pembangunannya itu dilakukan secara sepotong-sepotong," ujarnya.
Hanya memang ia mengakui terkait investor, Kemhub hingga saat ini masih terus mencari siapa yang bersedia menanamkan modal guna mendukung rencana pembangunan TSR ini.
Bahkan untuk merangsang para investor, Kemhub berjanji akan mempermudah kepengurusan yang dibutuhkan. Asalkan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Langkah ini dilakukan mengingat besarnya anggaran yang dibutuhkan.
Menurut Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, perhitungan saat ini, pembangunannya akan menghabiskan dana sekitar Rp60 triliun-Rp 70 triliun. Sumber pendanaan paling tidak 30 persennya berasal dari sektor swasta. Sementara sisanya berasal dari anggaran pemerintah.
"Jadi untuk realisasinya akan dilakukan melalui kerja sama pemerintah dan swasta. Sebab dana yang dibutuhkan untuk membangunnya cukup besar, sehingga perlu keterlibatan investor swasta," ungkapnya.
Dana tersebut tidak hanya untuk membangun jalur-jalur rel kereta api semata. Namun juga stasiun-stasiun maupun pemenuhan gerbong kereta. Disebutkan, semisal terkait pemenuhan gerbong dan lokomotif, akan dilakukan secara periodik.
Pada kurun waktu 2011-2015, diharapkan terpenuhi kebutuhan 30 lokomotif dan 285 kereta. Sementara pada peride 2016-2020, terpenuhi 50 lokomotif dan 470 kereta. Periode 2021-2025 sebanyak 85 lokomotif dan 815 kereta, dan 2025-2030 sebanyak 145 lokomotif dan 1435 kereta. (jpnn)
"Soal berapa banyak investor yang sudah melirik, kita belum sampai kesana," ujar Kepala Pusat Komunikasi dan Informasi Kementerian Perhubungan, Bambang S.Ervan di Jakarta, Jumat (12/10).
Kemenhub menurutnya, hingga saat ini masih terus mendalami tahapan pengkajian pembangunan yang ada. Hal ini mengingat pentingnya rencana pembangunan dilakukan benar-benar matang. Sehingga dapat memenuhi target, TSR rampung tahun 2030 mendatang.
Ervan yakin target dapat terpenuhi, apalagi mengingat di beberapa tempat, "Itu kan sebenarnya jalur kereta api sudah ada. Seperti di Sumatera Selatan maupun Sumatera Utara hingga ke Aceh. Jadi tinggal menghubungkan jalur-jalur tersebut," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Sarana Perkeretaapian Kemhub, Sugiadi Waluyo memaparkan, tim studi pembangunan telah dibagi untuk beberapa tempat. Diantaranya tim untuk Medan, Riau dan Jambi. Hasil dari studi inilah yang kemudian nantinya akan digabung menjadi satu. "Jadi studi pembangunannya itu dilakukan secara sepotong-sepotong," ujarnya.
Hanya memang ia mengakui terkait investor, Kemhub hingga saat ini masih terus mencari siapa yang bersedia menanamkan modal guna mendukung rencana pembangunan TSR ini.
Bahkan untuk merangsang para investor, Kemhub berjanji akan mempermudah kepengurusan yang dibutuhkan. Asalkan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Langkah ini dilakukan mengingat besarnya anggaran yang dibutuhkan.
Menurut Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, perhitungan saat ini, pembangunannya akan menghabiskan dana sekitar Rp60 triliun-Rp 70 triliun. Sumber pendanaan paling tidak 30 persennya berasal dari sektor swasta. Sementara sisanya berasal dari anggaran pemerintah.
"Jadi untuk realisasinya akan dilakukan melalui kerja sama pemerintah dan swasta. Sebab dana yang dibutuhkan untuk membangunnya cukup besar, sehingga perlu keterlibatan investor swasta," ungkapnya.
Dana tersebut tidak hanya untuk membangun jalur-jalur rel kereta api semata. Namun juga stasiun-stasiun maupun pemenuhan gerbong kereta. Disebutkan, semisal terkait pemenuhan gerbong dan lokomotif, akan dilakukan secara periodik.
Pada kurun waktu 2011-2015, diharapkan terpenuhi kebutuhan 30 lokomotif dan 285 kereta. Sementara pada peride 2016-2020, terpenuhi 50 lokomotif dan 470 kereta. Periode 2021-2025 sebanyak 85 lokomotif dan 815 kereta, dan 2025-2030 sebanyak 145 lokomotif dan 1435 kereta. (jpnn)
0 komentar: