Danau Toba

A.  INFORMASI UMUM

1. Letak Geografis dan Luas Danau

Secara geografis Kawasan Danau Toba terletak di pegunungan Bukit Barisan Propinsi Sumatera Utara pada titik koordinat 2021‘ 32‘‘– 20 56‘ 28‘‘  Lintang Utara dan 980 26‘ 35‘‘ – 990 15‘ 40‘‘ Bujur Timur. Danau Toba terletak di Pulau Sumatera 176 Km arah Selatan Kota Medan,    merupakan danau terbesar di Indonesia dan di Asia Tenggara. Permukaan danau berada pada ketinggian 903 meter dpl, dan Daerah Tangkapan Air (DTA) 1.981 meter dpl. Luas Perairan Danau Toba yaitu 1.130 Km2  dengan kedalaman maksimal danau 529 meter. Total luas Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba   lebih kurang 4.311,58 Km2.

LUAS WILAYAH DTA DANAU TOBA
No
Kabupaten
Kecamatan
Luas Wilayah (Km2)
1
Samosir
Simanindo
Pangururan
Palipi
Nainggolan
Onan Runggu
Ronggur Ni Huta
Harian
Sitio-tio
Sianjur Mula-mula
198,20
121,43
129,55
87,86
60,89
94,87
560,45
50,76
140,24
2
Toba Samosir
Lumban Julu
Uluan
Porsea
Laguboti
Sigumpar
Balige
Ajibata
Tampahan
Silaen
Habinsaran
145,40
118,00
87,10
73,90
25,20
91,05
72,80
24,45
62,90
417,84
3
Simalungun
Silima Kuta
Haranggaol Horison
Dolok Pardamean
Pematang Sidamanik
Girsang Sipangan
Bolon Purba
Sidamanik
88,50
34,50
99,42
91,03
120,38
172,00
91,03

4
Tapanuli Utara
Muara
Sipahutar
Siborong-borong
79,75
408,22
279,91

5
Humbang
Hasundutan
Bakti Raja
Dolok Sanggul
Lintong Nihuta
Pollung
50,36
211,50
114,90
201,97
6
Dairi
Silahi Sabungan
Sumbul
75,62
192,58
7
Karo
Merek
125,51
8
Luas Daratan DTA Danau Toba
4.311,58
9
Luas Permukaan Danau Toba
1.130,00
2. Iklim
DTA Danau Toba termasuk ke dalam tipe iklim B1, C1, C2, D2, dan  E2. Dengan demikian bulan basah (Curah Hujan ≥ 200 mm/bulan) berturut-turut pada kawasan ini bervariasi antara dari 3 bulan sampai dengan 7-9 bulan, sedangkan bulan kering (Curah Hujan ≤ 100 mm/bulan) berturut-turut antara 2-3 bulan. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Scmidt dan Ferguson maka DTA Danau Toba ini termasuk ke dalam tipe iklim A,B dan C.

3. Curah Hujan

Curah hujan tahunan yang terdapat di kawasan  Daerah Tangkapan Air Danau Toba berkisar antara 1.700 sampai dengan 2.400 mm/tahun. Sedangkan puncak musim hujan terjadi pada bulan Nopember – Desember dengan curah hujan antara 190 – 320 mm/bulan dan puncak musim kemarau terjadi selama bulan Juni – Juli dengan curah hujan berkisar
54 – 151 mm/bulan.

4. Suhu dan Kelembaban Udara

Suhu udara bulanan di EKDT ini berkisar antara 18,0 – 19,7 0C di Balige dan antara 21,0 – 20,0 di Sidamanik. Suhu udara selama musim kemarau cenderung agak lebih tinggi dibandingkan dengan selama musim hujan. Sedangkan angka kelembaban tahunannya berkisar antara 79 – 95 %. Pada bulan-bulan musim kemarau kelembaban udara cenderung agak rendah dibandingkan pada bulan-bulan musim hujan. Evaporasi bulanan di EKDT ini berkisar antara 74 – 88 mm/bulan. Angka evaporasi selama musim-musim kemarau cenderung lebih tinggi dibandingkan selama musim hujan.

5. Hidrologi

Air yang masuk ke Danau Toba berasal dari : (1) Air hujan yang langsung jatuh ke danau ; (2) Air yang berasal dari sungai-sungai yang masuk ke danau. Sungai-sungai yang mengalir dan bermuara ke Danau Toba yaitu (1) Sungai Sigubang, (2) Sungai Bah Bolon, (3) Sungai Guloan, (4) (5) Sungai Arun, (6) Sungai Tomok, (7) Sungai Sibandang, (8) Sungai Halian, (9) Sungai Simare, (10)Sungai Aek Bolon, (11)Sungai Mongu, (12) Sungai Mandosi, (13) Sungai Gopgopan, (14) Sungai Kijang, (15) Sungai Sinabung, (16) Sungai Ringo, (17) Sungai Prembakan, (18) Sungai Sipultakhuda dan (19) Sungai Silang. Sedangkan Outlet Danau Toba 1 buah yaitu Sungai Asahan.
Daerah aliran sungai (Catchment Area) tersebut diatas terdiri dari 26 Sub DAS, yaitu : Aek Sigumbang, Aek Haranggaol,  Situnggaling, Naborsahon,Tongguran, Gopgopan, Mandosi, Aek Bolon, Simare, Halion, Sitobu, Siparbul, Pulau Kecil, Silang, Bodang, Parembakan, Tulas, Aek Ranggo, Simala, B. Sigumbang, B. Bolon, Silabung, Guluan, Arun, Simaratuang, Sitiung-tiung.
Total jumlah sungai yang masuk ke Danau Toba adalah 289 sungai. Dari Pulau Samosir adalah 112 sungai dan dari Daerah Tangkapan Air lainnya adalah 117 sungai. Dari 289 sungai itu, 57 diantaranya mengalirkan air secara tetap dan sisa 222 sungai lagi adalah sungai musiman (intermitten).

6. Topografi dan Tata Guna Lahan

Kondisi topografi DTA Danau Toba didominasi oleh perbukitan dan pegunungan, dengan kelerengan lapangan terdiri dari datar dengan kemiringan( 0 – 8 % ) seluas 703,39 Km2, landai (8 – 15 %) seluas 791,32 Km2, agak curam (15 – 25 %) seluas 620,64 Km2, curam (25 – 45 %)seluas 426,69 Km2     sangat curam sampai dengan terjal (> 45 %) seluas 43,962 Km2.
Eksisting penggunaan dan penutupan lahan di DTA Danau Toba terdiri  dari  hutan  alam, hutan rapat,   hutan tanaman,   hutan   jarang  dan   kebun   campuran,  semak belukar, resam,  tanaman semusim, persawahan dan lahan terbuka (permukiman, bangunan lain, lahan terbuka, padang rumput dan alang-alang).
Penggunaan dan Penutupan Lahan di DTA Danau Toba
No
Tipe Habitat
% terhadap luas DTA
1
2
3
4
5
6
Hutan alam, hutan rapat
Hutan tanaman, hutan jarang, kebun campuran
Semak, belukar muda, resam Tanaman Semusim Persawahan
Lahan terbuka (permukiman, bangunan lain, pembukaan lahan)
rumput dan alang-alang
13,47
13,68
15,09
36,39
9,44
11,93

Jumlah
100
Jenis Penggunaan Lahan pada DTA Danau Toba

No

Kabupaten
Jenis Penggunaan Tanah  (Ha)
Tanah Sawah
Tanah Kering
Bangunan/
Pekarangan
Lainnya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Samosir
Toba Samosir Simalungun Tapanuli Utara
Humbang
Hasundutan
Dairi
Karo
5.011,60
12.267
1.258,25
860
1.071
239
827
63.820
20.232,3
31.368,75
4.308
60
1.465
5.801
2.037
2.623,4
2.348,50
184
75
252
63
56.424,3
24.866,9
8.021,50
2.623,00
0
5.040,00
5.860,00

Jumlah
21.533,85
127.055,05
7.582,90
107.374,40

7. Fungsi dan Manfaat Danau

    Cadangan Air (Air Baku Air Minum)
Air danau Toba dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai air baku air minum.
    Objek Wisata.
Danau Toba yang memiliki pemandangan alam yang menakjubkan sangat berpotensi sebagai sebagai sebagai objek wisata.
  Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
PLTA memproduksi energy listrik 450 megawatt. Potensi sumber daya air Danau Toba telah memproduksi energy listrik sebesar 450 Megawatt melalui PLTA Asahan yang memanfaatkan outlet air Danau Toba yang Sungai Asahan.
  Transportasi
Danau Toba dimanfaatkan sebagai sarana transportasi di Kawasan Danau Toba.
  Sarana transportasi di Kawasan Danau Toba.
Danau Toba dimanfaatkan sebagai sarana transportasi di Kawasan Danau Toba.
  Budidaya  pertanian  meliputi  budidaya  :  tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan.

B.  KARAKTERISTIK DANAU

1. Keanekaragaman Hayati Danau

Secara umum habitat KDT dapat dikelompokkan menjadi 2 tipe habitat  yaitu (1) habitat perairan Danau Toba dan (2) habitat daratan Kawasan Danau Toba yang berupa Samosir dan daratan di sekeliling luar danau dalam cakupan Kawasan Danau Toba.
Habitat Perairan dan Daratan Danau Tobaa

Habitat Perairan
Habitat Daratan
Flora
Fauna
-    Ikan Batak jenis Lissochilus sumatranus dan Labeobarbus soro
-    Remis Toba (Corbicula tobae)
Meranti, kapur, keruing, puspa, manggis hutan, kayu raja, pinus, liana, epifit, zing iberaceae, pohon Hoting Batu ,Atuang (Semecarpus, sp). Sona,Dakkap  dan  Kamboang angsana, beringin, cemara, ekaliptus, mahoni, kaliandra, kemiri, johar, mindi, palu, pinus dan suren. alpukat, aren, bambu, belimbing, cengkeh, coklat, dadap, durian, gamal, jambu mente, jarak, jengkol, jeruk, kapuk, kecapi, kelapa, kemiri, kopi, kayu manis, mangga, nangka, petai cina, petai, pinang, rambutan, sawit, sawo dan sirsak.
Burung rangkong, elang, kuau, burung hantu, beo, monyet beruk, siamang, kancil, kucing hutan, macan dahan, babi hutan, biawak, Tapir (Tapirus indicus), Kambing Hutan, Rusa (Cervus unicolor), Harimau Sumatera (Panthera tiris sumatrensis), Paku Ekor Kuda (Plathycerium sp), berbagai jenis anggrek alam (Dendrobium spp). kutilang, sikatan, tekukur, bubut, beo,

2. Sosial, Ekonomi dan Budaya

Kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar kawasan ekosistem Danau Toba dapat  dilihat  dari  aspek  mata pencaharian, pendidikan, kesehatan, prasarana dan sarana pendukung. Dari aspek sosial budaya, masyarakat di kawasan tersebut hidup dalam beragam marga dan tradisi yang tetap dipegang teguh hingga kini. Kearifan lokal tersebut banyak mewarnai seluk-beluk masyarakat sehingga tidak dapat diabaikan dalam menyusun perencanaan pembangunan setempat. Sedangkan kegiatan perekonomian sebagian masyarakat di Kawasan Danau Toba masih mengandalkan   pada   sektor   pertanian, termasuk kegiatan peternakan dan perikanan.
Ditinjau dari karakteristik budidaya pertanian yang dilakukan umumnya dilakukan pada lahan kering untuk budidaya tanaman pangan, tanaman perkebunan dan kehutanan. Sementara pengusahaan kegiatan pertanian pada lahan basah hanya dilakukan untuk tanaman pangan.
Penduduk yang bermukim di Kawasan Danau Toba tersebar di 443 desa/kelurahan pada 37 Kecamatan, di 7 Kabupaten ( Samosir,Toba Samosir, Simalungun, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Karo dan Dairi) dengan jumlah total penduduk 580.428 jiwa.
Jalur angkutan danau penyeberangan di perairan Danau Toba :
1.  Ajibata ke Tomok.
2.  Ajibata ke Pangururan melalui Ambarita.
3.  Balige ke Pangururan melalui Nainggolan dan Mogang.
4.  Ajibata ke Nainggolan.
5.  Nainggolan ke Muara.

C.  PERMASALAHAN EKOSISTEM DANAU

1. Kerusakan Daerah Tangkapan Air (DTA)

Berbagai kegiatan masyarakat pada DTA maupun pada kawasan danaunya dapat menghasilkan limbah yang dapat mencemari perairan. Kualitas fisik-kimia perairan Danau Toba akan mengalami perubahan yang disebabkan  oleh  berbagai  kegiatan  pada Daerah Tangkapan Air maupun perairan Danau Toba.
Luas hutan pada Daerah Tangkapan Air (DTA)   Danau   Toba   pada   tahun   1985 adalah ± 78.558 Ha dan menurun pada tahun 1997 menjadi ± 62.403  Ha. Penurunan   luas   hutan   tersebut   diikuti dengan pertambahan luas semak belukar dari 103.970 Ha menjadi 114.258 Ha serta bertambahnya  luas  padang  rumput  dari 5.870 Ha menjadi 22.528 Ha (LPPM  USU, 2000). Diperlukan penataan ulang terhadap kawasan tutupan hutan yang harus dipelihara di kawasan Danau Toba. Salah satu penyebab kebakaran hutan adalah keteledoran masyarakat, sebagian masyarakat membakar alang-alang dengan tujuan untuk mendapatkan rumput muda sebagai makanan ternak. Pembakaran alang-alang dapat merambat ke areal berhutan.
Pada DTA Danau Toba telah terjadi terindikasi  adanya  penebangan  hutan secara liar, penebangan hutan secara untuk kawasan Danau Toba akan menurunkan kapasitas  resapan kawasan hutan terhadap air hujan. Pembukaan hutan untuk di konversi menjadi lahan pertanian akan mengakibatkan lahan terbuka sehingga akan meningkatkan laju erosi, transpor sedimen maupun meningkatkan aliran permukaan. Kemampuan resapan kawasan yang telah dibuka penutupan hutannya juga akan menurunkan kemampuan lahan meresapkan air hujan. Peningkatan aliran permukaan dan penurunan resapan ini juga akan mengganggu keseimbangan / neraca air danau dan menurunkan fungsi hidrologis DTA secara umum.

2. Kerusakan Sempadan

a. Okupasi lahan
b. Penambangan  galian   C,   potensi   bahan galian di Kawasan Danau Toba relatif besar walaupun kegiatan   penambangan yang dilakukan  tanpa  perencanaan  yang memadai. Sesuai karakteristik fisik Kawasan Danau Toba, akan berpotensi mengakibatkan longsor,  erosi aliran permukaan dan juga mempengaruhi kualitas air yang mengalir ke Danau Toba.
c. Pertumbuhan   dan       pemukiman,   hotel, restoran yang tidak sesuai dengan tataruang semestinya.
d.  Penurunan  jumlah  wisatawan  ke  Danau Toba.
e. Pencemaran oleh limbah domestik, pertanian, dan peternakan.
f.  Erosi lahan dan tepi sungai dan galian pasir.
3. Pencemaran Perairan Air Danau
Kualitas perairan Danau Toba pada dasarnya dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia disekitarnya, terutama pemukiman penduduk, peternakan,  pertanian,  kegiatan   pariwisataan dan perdagangan termasuk pasar, hotel dan restoran  serta  kegiatan  transportasi  air. Pengaruh terpenting dari seluruh kegiatan tersebut adalah produksi sampah dan limbah yang secara langsung maupun tidak langsung akan masuk ke dalam perairan danau.
Berdasarkan survey yang dilakukan, sumber- sumber pencemar yang potensial menimbulkan pencemaran air Danau Toba adalah sebagai berikut :
a. Limbah domestik.
b. Perahu   motor/kapal   yang   menghasilkan residu minyak dan oli.
c. Peternakan yang menghasilkan limbah dan sisa makanan.
d. Budidaya  perikanan  yang  menggunakan keramba jaring apung yang menghasilkan sisa pakan ikan (pellet).
e. Pertanian    yang    menghasilkan    residu pestisida dan pupuk.
f.  Sektor kehutanan.
g. Industri kecil (industri ulos dan industri pengolahan kopi) yang dapat menghasilkan limbah yang dapat mencemari perairan danau.
h. Populasi enceng gondok.
Limbah cair yang berasal dari hotel/penginapan di sekitar Danau Toba yang dibuang secara langsung ke perairan danau akan mempengaruhi kadar amonium pada perairan Danau Toba. Adapun kondisi Kualitas Air Danau Toba dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
  • Limbah domestik yang mencemari lingkungan seperti :
  • Pembuangan sisa-sisa makanan ke selokan.
  • Pembuangan sisa-sisa minuman (teh manis, susu, juice, dll)
  • Pembuangan air sisa cucian peralatan makan dan masak.
  • Pembuangan sisa air mandi ke selokan.
  • Cucian makanan, cucian beras, pakaian, dan lain-lain ke selokan.
  • Pembuangan plastik, kertas dan sampah lainnya.
  • Pembuangan sisa minyak goreng dan sisa makanan lainnya ke lingkungan.
Kegiatan MCK dengan menggunakan air Danau Toba banyak dijumpai seperti mencuci perkakas dapur, mandi sampai penempatan WC yang didirikan persis di pinggiran pantai Danau Toba. Tiga unsur   yaitu nitrogen, fosfor dan kalium merupakan faktor penyubur perairan ini akan meningkatkan pertumbuhan tumbuhan air seperti ganggang dan enceng gondok. Gulma air seperti enceng gondok, ganggang dan sebagainya secara umum dapat menjadi indikator tingginya unsur hara baik unsur organik maupun anorganik yang masuk dalam perairan. Pada tingkat tertentu penyuburan perairan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan gulma air ini menjadi ekspansif, sehingga dapat menurunkan kualitas serta estetika perairan.

4. Resiko Bencana

Beberapa jenis bencana alam yang potensial di Kawasan Danau Toba antara lain : gempa bumi tektonik, gempa bumi gunung api berbagai longsoran, letusan gunung api, banjir, banjir bandang dan erosi.

D.  RENCANA AKSI TINDAK

Rencana aksi pengelolaan Danau Toba dibagi atas 2 yaitu Rencana aksi yang telah dilakukan dan Rencana Aksi yang akan dilakukanRencana Aksi Pengelolaan Danau Toba.
Rencana Aksi Yang Telah dilakukan
Rencana Aksi Yang akan dilakukan

1.   Pembentukan Badan Koordinasi Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba sebagai Badan yang berfungsi mengkoordinasikan dan menjalankan arah kebijakan pengelolaan EKDT.
2.   Penyusunan Kajian Akademis Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba sebagai kawasan strategis nasional.
3.   Penyusunan rencana pendirian Ecologycal Research
Center, sebagai pusat penelitian ekologi danau.
4.   Penetapan Baku Mutu Air Danau Toba sebagai Kelas I.
5.   Pembentukan Forum Danau Toba sebagai wadah untuk menggalang partisipasi masyarakat, tokoh adat dan perguruan tinggi.
6.   Gerakan pemberdayaan masyarakat di kawasan Danau Toba melalui pencanangan Gerakan Aku Cinta Danau Toba.
7.   Sinergitas program-program sektoral melalui Rapat kerja teknis bidang pariwisata, lingkungan hidup, kehutanan, perikanan dan telah menghasilkan rencana program bersama untuk setiap sektor tersebut.

1.   Pengelolaan limbah padat/sampah pada pemukiman.
2.   Penerapan sistim pembuangan  limbah MCK.
3.   Penyuluhan kepada masyarakat untuk mengurangi penggunaan deterjen.
4.   Pengelolaan limbah oleh pengelola Hotel & Rumah
Makan.
5.   Mewajibkan kegiatan/usaha di Danau Toba untuk mengolah limbahnya.
6.   Pengkajian dampak pencemaran kegiatan budidaya perikanan terhadap kualitas perairan Danau Toba.
7.   Mengarahkan pengembangan budidaya perikanan pada zona potensial.
8.   Penanganan / pembersihan enceng  gondok di perairan Danau Toba.
9.   Pengkajian pemanfaatan enceng gondok dalam
kegiatan industri rumah tangga.
10. Rehabilitasi Kawasan-Kawasan Lindung yang rusak di DTA.
11. Pendeliniasian dan penetapan Kawasan yang berfungsi sebagai hutan lindung.
12. Pendeliniasian dan penetapan Kawasan yang
berfungsi sebagai hutan lindung.
13. Program pengembangan budidaya rumput hijauan makanan ternak (HMT) untuk memenuhi makanan ternak dengan pembuatan Demplot HMT.
14. Inventarisasi dan identifikasi tipe, keanekaragaman dan sifat perkembangan flora dan fauna daratan dan perairan.

0 komentar:

Copyright © 2012 Raun-raun Medan