Pemerintah Persiapkan Kawasan Danau Toba Menjadi Geopark Dunia

Jumat, 14 Februari 2014 | 11:01:39


SIB/G1 / Serahkan Majalah Geologi : Sekretaris Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dr Ir Yunus Kusumahbrata MSc (kanan) menyerahkan Majalah Geologi populer kepada anggota DPRD Sumut Rooslynda Marpaung yang juga caleg DPR RI Partai Demokrat dari Dapil II Sumut (no 2 dari kiri), disaksikan Wakil Pemimpin Umum/Ketua Dewan Redaksi "SIB" GM Chandra Panggabean (kiri) dan Hinca Panjaitan, Caleg DPR RI Partai Demokrat dari Dapil III Sumut

Jakarta (SIB) - Pemerintah pusat, melalui Badan Geologi  Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral  (ESDM)  sedang mempersiapkan daerah Toba (kawasan Danau Toba), Provinsi Sumut  sebagai Geopark dunia (Taman Bumi Dunia).

Jika hal itu terwujud, maka kawasan Danau Toba yang  indah pemandangannya itu  akan menjadi Taman Bumi Dunia, mengikuti China yang kini sebagai negara Geopark terkenal di dunia.

"Saat ini sedang kita persiapkan, kawasan Toba sebagai geopark  dunia, dan diharapkan bisa terealisasi pada tahun 2015 ," kata Sekretaris Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ( ESDM) Dr Ir Y Yunus Kusumahbrata MSc  ketika menerima Rooslynda Marpaung , anggota DPRD Sumut yang juga Caleg DPR RI Partai Demokrat dari Dapil II Sumut,  Rabu (12/2/2014) di kantornya Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.

Rooslynda Marpaung didampingi Wakil Pemimpin Umum/ Ketua Dewan Redaksi "SIB" GM Chandra Panggabean, dan Hinca Panjaitan, yang juga Caleg DPR RI Partai Demokrat dari Dapil III Sumut.

Rooslynda, yang sejak beberapa bulan terakhir berkeliling dan berdialog dengan masyarakat di kawasan Danau Toba menyampaikan harapan dan keinginan  masyarakat tentang pentingnya upaya dan terobosan pengelolaan berbagai  potensi yang dimiliki  daerah Sumut umumnya dan kawasan Danau Toba khususnya  sehingga lebih bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

"Keinginan dan kerinduan masyarakat itulah yang kita sampaikan kepada pemerintah, melalui Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)," kata Rooslynda sambil menambahkan, misi mereka adalah memberi semangat dan motivasi  kepada pemerintah sehingga arif dan bijaksana untuk merespon aspirasi masyarakat.

Chandra Panggabean mengemukakan, sesungguhnya program pemerintah ini, sudah sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat Sumut, khususnya kawasan Danau Toba, yang mencakup 7 kabupaten, yakni Kab Simalungun, Karo,  Dairi, Humbahas, Taput, Tobasa dan Kab Samosir.

Hinca Panjaitan menyatakan, geopark mencakup tiga bagian yang satu sama lain saling berkaitan. Pertama, menyangkut geologinya, yakni batu-batuan khusus yang belum tentu dimiliki daerah lain.

Kedua, biologinya, yakni tumbuh-tumbuhan atau daun-daunan yang bisa disebut sebagai herbal di negara maju. Ketiga, menyangkut budaya dan adat  istiadatnya yang khas, yang menjadi warisan nenek moyang atau leluhur masyarakat.

"Ketiga hal, yang merupakan prasyarat sebagai geopark  ini memang dimiliki daerah di kawasan Danau Toba, " ujar Hinca Panjaitan.

Banyak DitulisYunus Kusumahbrata mengakui  tentang kawasan Danau Toba telah banyak ditulis dalam literatur. Bahkan,  beberapa professor dan doktor di Arizona, baik  di Amerika Serikat maupun Eropa dan  Francis sangat kenal dengan Danau Toba.

Fenomena alam yang memberikan suatu kepingan sejarah, mengenai kejadian di  bumi sekitar 74.000 tahun lalu  sangat spektakuler.

Bukti-buktinya dapat dilihat  sekarang, betapa dahsyatnya asal muasal terjadinya  Danau Toba.

Badan Geologi, kata Yunus memiliki tugas  melakukan optimalisasi resoursis yang sifatnya warisan alam bumi.

 Dewasa ini, hal ini  memang merupakan salah satu potensi yang bisa  dijual dalam rangka mendorong  kegiatan keparawisataan, khususnya di hilir.

Sedangkan di hulunya, bukti-bukti yang ada  perlu diangkat ke permukaan sehingga lebih dikenal masyarakat, sampai ke seantero dunia.

"Intinya, item demi item diperkenalkan secara runut dan transparan, sehingga terlihat sebuah  proses yang bisa diapresiasi," ujar Yunus sambil menambahkan,  tiga komponen alam  yang dimiliki bisa dijadikan  sebagai modal untuk mengembangkan daerah kawasan Danau Toba sehingga bisa dinamai geopark  atau  taman bumi.

Mengapa  dinamai geopark, bukan culturpark atau ekopark,  kata   Yunus,  salah satu alasannya  adalah untuk mengikuti program Unesco. Sebab, sejak 10 tahun lalu, Unesco mengembangkan program yang namanya  geopark.

Menurutnya,  geopark  ada 860 situs  di seluruh dunia  dan Indonesia sudah memiliki Subak (Bali ), Borobudur (Yogyakarta). Selain itu  ada yang sifatnya alam murni seperti Ujung Kulon dan beberapa yang lainnya,  walau  terkesan kurang besar manfaatnya bagi masyarakat.

Dalam geopark ada satu kelebihannya, di samping menggabungkan tiga unsur (kaldera, herbal dan budaya), ada satu kewajiban bahwa program itu bisa mengangkat drajat kesejahteraan  sosial ekonomi masyarakat. Hal ini jelas tertera dalam program  Unesco.

Yunus membenarkan, sejak 10 tahun lalu, China sangat agresif  dan saat ini sudah mempunyai 128 geopark nasional dan dari jumlah itu sudah berhasil mengusung 30 menjadi geo global.

Dengan instrumen ini, China berhasil mendongkrak hasil dari pariwisata, sekitar Rp 450 trilyun per tahun. Sedangkan Indonesia yang sudah terjun sejak tahun 2008 berhasil mengusung 2 geopark menjadi global geo yakni daerah Batur dan Gunung Sewu. Yang lainnya, masih ada yang geopark lokal dan geopark nasional. Sementara  Danau Toba, termasuk geopark nasional.

Menurut Yunus, salah satu kesulitan mengangkat Danau Toba menjadi geopark dunia adalah karena berada di kawasan 7 kabupaten, sehingga koordinasinya tidak mudah. Sedangkan Batur, Malang, hanya satu kabupaten.

Terkait dengan itu, dibutuhkan koordinasi yang intensif, baik antar ketujuh kabupaten, maupun ke tingkat provinsi. Sebab, sesuai dengan Undang-Undang Otonomi Daerah, para bupati memiliki otoritas tersendiri, untuk mengatur daerah dalam skala tertentu.

Selain itu, perlu sosialisasi secara luas, sehingga cepat ditangkap oleh  seluruh  masyarakat dan para pejabat instansi terkait. Harian Sinar Indonesia Baru ( SIB) juga diharapkan berperan untuk menyebar luaskan hal ini, sehingga masyarakat banyak mengetahuinya.

Tujuan utama geopark , selain konservasi, edukasi dan keparawisataan juga  melestarikan budaya sebagai kearifan lokal  sehingga tumbuh ekonomi masyarakat yang berbasis ekonomi kreatif,  yang ujung-ujungnya punya dampak meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Ditargetkan, pada tahun 2015,  kawasan Danau Toba akan menjadi geopark  dunia (geo global). Kini sedang disusun dan dihimpun beberapa persyaratan, dan setelah rampung  dan lengkap akan segera diajukan ke Unesco.

 Biasanya, pihak Unesco akan datang langsung ke tengah-tengah masyarakat untuk melakukan survey dan  cross chek. Bagaimana hasilnya, tergantung penilaian Unesco sendiri  karena tim pencari fakta  dan penilai tidak bisa di intervensi dengan cara apapun.

Diharapkan pula agar para Bupati, di tujuh  Kabupaten yang berada dikawasan Danau Toba mempersiapkan segala sesuatu menyambut program geopark ini, seperti infrastruktur, sikap mental masyarakat dan lain sebagainya.

Yunus mengemukakan, saat ini merupakan momen yang tepat untuk mewujudkan program geopark, demi kepentingan keparawisataan khususnya dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

0 komentar:

“Toba Big Bang”74.000 Tahun yang Lalu: Katastrofi Geologi

Big Bang
Tepi utara Danau Toba dilihat dari Merek ke arah selatan. Di latar belakang adalah Pulau Samosir dengan sisi timurnya menunjukkan bentukan-bentukan erosi tampang segitiga (triangular facet) sebagai wujud gawir sesar normal. Foto: Awang H. Satyana
“Memandang alam dengan pengertian jauh lebih berarti dan menyukakan hati daripada hanya menyaksikan keelokannya.” (Albert Heim, 1878, dalam Mechanismus der Gebirgsbildung, diadaptasi sebagai motto Geotrek Indonesia)
Berbekal apa yang ditulis oleh Albert Heim tersebut, Geotrek Indonesia sebuah komunitas pencinta geohistori (geologi dan sejarah) Indonesia mengadakan perjalanan ke Danau Toba dan sekitarnya di Sumatra Utara pada 2-4 November 2012. Tujuan perjalanan ini adalah selain untuk menikmati keindahan pemandangan Danau Toba dan sekitarnya yang sudah terkenal itu, juga untuk belajar di lapangan tentang kejadian geologi danau ini yang dikatakan sebagai hasil erupsi volkanik, dan melihat bukti-buktinya yang tersimpan dalam bentuk morfologi danau dan endapan-endapan volkanik di sekitarnya. Perjalanan ini juga mendiskusikan teori katastrofi Toba, yaitu bahwa erupsi Toba pada 74.000 tahun yang lalu tersebut sangat besar (magakolosal), sehingga efek katastrofiknya sangat mempengaruhi lingkungan biotik Bumi.
Danau Toba dan Pulau Samosir
Danau Toba, Sumatra Utara, terletak 70 km di sebelah selatan Medan. Danau Toba adalah danau terbesar di Asia Tenggara dan termasuk danaudanau terdalam di dunia. Danau Toba sesungguhnya merupakan sebuah kawah gunung api/volkanik, sehingga Danau Toba pun merupakan danau volkanik terbesar di dunia. Letusan gunung api Toba merupakan letusan terbesar di dunia dalam 28 juta tahun terakhir, bahkan mungkin yang terbesar dalam sejarah Bumi yang kita ketahui.
Big Bang
Danau Toba, pandangan ke selatan, melintas dari Parapat ke Pulau Samosir. Bagian terangkat di sebelah kiri (timur) foto adalah Semenanjung Uluan, bagian terangkat di sebelah kanan depan (barat) foto adalah Pulau Samosir. Semenanjung Uluan dan Pulau Samosir merupakan bagian puncak Gunung Toba yang pernah tenggelam saat terjadi pembentukan kawah, kemudian terangkat kembali. Selat Latung (kedalaman 400 m) memisahkan Uluan dan Samosir. Foto: Awang H. Satyana
Danau Toba berukuran maksimal 100 km x 31 km dengan titik terdalam 529 meter di sebelah utara dekat Haranggaol. Perairan Toba mempunyai luas 1.130 km2, tidak termasuk Pulau Samosir seluas 647 km2 dan pulau-pulau kecil lainnya. Tebing-tebing curam setinggi 400-1.220 m mengelilingi Danau Toba. Tebing-tebing curam ini diyakini merupakan bidang sesar saat terjadi pembentukan kawah volkanik Toba akibat runtuhan.
Danau Toba mendapatkan airnya dari sungaisungai berukuran menengah dan kecil dengan luas wilayah aliran (catchment area) sebesar 3.700 km2. Di samping itu, air berasal dari air hujan dengan curah hujan rata-rata 2.264 mm/tahun. Pengeluaran air dari Danau Toba terjadi di bagian selatannya melalui Sungai Asahan. Fluktuasi muka danau saat ini adalah 1,5 m, tingkat keasaman air pH 7,0 - 8,4, tingkat penguapan 15,8 cm/tahun, suhu air 25,6oC dan suhu udara 19,1-21,2 oC (Hehanusa, 2000).
Ketinggian air Danau Toba saat ini 905 meter, tetapi sebelumnya diyakini pernah mencapai 1.150 m. Surutnya air danau karena air danau memotong lembah baru yang tersusun dari tuf di bagian selatan danau dan bersatu dengan lembah Sungai Asahan (van Bemmelen, 1949).
Pulau Samosir terletak di dalam Danau Toba. Pulau ini bukan gunung api yang tumbuh di dalam kawah volkanik seperti banyak ditemukan di kawah volkanik lainnya, tetapi bagian puncak Gunung api Toba yang ikut runtuh ke dalam kawah ketika terjadi pembentukan kawah Toba, kemudian terangkat kembali (resurgent cauldron).
Big Bang
Diagram tiga-dimensi, menunjukkan Danau Toba, Pulau Samosir dan wilayah di sekitarnya. (van Bemmelen, 1949)
Pulau Samosir berukuran 45 km x 20 km. Pulau ini sebenarnya merupakan semenanjung yang disambungkan oleh tanah genting (isthmus) sepanjang 200 meter dengan wilayah di sebelah barat Danau Toba. Pada tahun 1906, Belanda membangun kanal di tanah genting ini, sehingga Samosir menjadi sebuah pulau.
Bagian timur Pulau Samosir sangat curam dengan kawasan pantai yang sempit dan langsung naik ke bukit-bukit Plato Samosir di bagian tengah pulau dengan titik tertinggi 780 meter di atas muka danau. Lereng plato ke arah barat dan selatan landai. Plato Samosir hampir gersang dengan hutan-hutan kecil tersebar di beberapa tempat, rawa-rawa dan beberapa danau kecil, yang terbesar di antaranya bernama Danau Sidihoni.
Evolusi Geologi dan Erupsi Toba 74.000 Tahun yang Lalu
Menurut van Bemmelen (1949), gunung api dan Danau Toba terjadi di puncak suatu kulminasi geologi di Sumatra Utara yang disebutnya Kulminasi Batak atau Tumor Batak, yaitu suatu dataran tinggi menonjol sendiri di Sumatra Utara berukuran 150 x 275 km. Tumor Batak ini ditandai oleh puncakpuncak gunung yang tersebar di seluruh areanya, yaitu Gunung Sibuatan (2.457 m) di sebelah barat laut Danau Toba, Gunung Pangulubao (2.151 m) di sebelah timur, Gunung Surungan (2.173 m) di sebelah tenggara, dan Gunung Uludarat (2.157 m) di sebelah barat. Semua gunung ini disusun oleh batuan tua berumur lebih tua dari 25 juta tahun, pada Zaman Paleogen dan pra-Tersier.
Sesar Sumatra memotong bagian barat Tumor Batak tepat di sebelah barat Danau Toba sepanjang kira-kira 1.700 km. Danau Toba atau Kawah Toba terletak di puncak Tumor Batak. Panjang kawah ini dari barat laut - tenggara hampir 100 km, dan lebar badat daya – timur laut maksimum 31 km. Luas area Toba 2.269 km2. Berdasarkan topografi dan geologinya, van Bemmelen (1949) mengemukakan evolusi pembentukan gunung api dan Danau Toba.
Evolusi Toba dimulai pada sekitar 13 juta tahun yang lalu (Kala Miosen Tengah) ketika dimulai pengangkatan Pegunungan Barisan oleh proses tektonik. Pengangkatan ini terus berlangsung dan pada sekitar 2 juta tahun yang lalu (Plio-Pleistosen) dan terjadilah Kulminasi Batak atau Tumor Batak yang memanjang membentuk Tinggian Wilhelmina-Simanukmanuk.
Big Bang
Sisi timur Pulau Samosir kebanyakan adalah tebing curam yang sebenarnya merupakan gawir sesar normal yang dicirikan oleh bentukan erosi tampang segitiga (triangular facet) dan air terjun di beberapa tempat. Foto: Awang H. Satyana
Proses tektonik ini dalam banyak hal disertai dengan proses magmatisme atau volkanisme akibat turutnya magma bergerak oleh deformasi kerak Bumi. Pada saat pengangkatan Tumor Batak terjadi juga pergerakan magma yang menyebabkan intrusi (magma bergerak di antara batuan di bawah permukaan) atau ekstrusi (magma keluar permukaan menjadi lava). Intrusi dan ekstrusi ini menghasilkan batuan andesitik yang meleler di beberapa tempat di sekeliling Toba sekarang, misalnya di wilayah depresi/ wilayah turun Graben Batang Toru-Renun di sebelah barat daya Toba, Surungan di ujung selatan Toba, di Haranggaol di sebelah U dan TL Toba, dan di Silalahi dan Binangara di barat laut Toba, serta di Paropo di antara Tongging dan Silalahi. Oleh van Bemmelen (1949), semua batuan andesit ini disebut Andesit pre-Toba, atau menurut Aldiss dan Ghazali (1984) disebut Pusat-pusat Gunung Api Plio-Plistosen.
Tinggian Wilhelmina-Simanukmanuk yang membentuk Kulminasi Batak rupanya tidak berlangsung lama dalam waktu geologi. Pengangkatan ini berhubungan
dengan pasokan magma yang sangat besar, ketika semakin terangkat, bagian puncak Tumor Batak (Gunung api Toba) mulai retak-retak, maka dengan terjadi retakan tersebut terdapat kontak antara permukaan dengan magma bertekanan tinggi. Lalu segeralah terjadi pelepasan tekanan sangat tinggi dari magma yang naik ke permukaan dan menghasilkan letusan/erupsi leburan magma silikat asam yang sangat dahsyat atau katastrofik. Jadi letusan Toba adalah melalui fissure eruptions (letusan retakan). Berdasarkan penelitian modern, letusan katastrofik gunung api Toba terjadi pada 73.500 ± 3000 atau 73.000 ± 4000 tahun yang lalu (Chesner dkk., 1991). Secara umum sering disebutkan letusan tersebut terjadi pada 74.000 tahun yang lalu (Rampino dan Self, 1993).
Materi letusan sebagian besar berupa campuran gas dan magma yang sudah menepung menjadi abu volkanik akibat kuatnya tekanan, menyala, bercampur
dengan fragmen-fragmen batuan lebih tua berasal dari dinding celah-celah gunung. Awan volkanik berapi ini terlempar ke mana-mana dan endapannya menuruni dataran rendah di sekeliling Toba terutama ke dataran rendah luas di sebelah timur laut, yaitu area Pematang Siantar. Abu volkanik mengendap kembai dan menjadi tuf. Aliran tuf di sekitar Kawah Toba luas penyebarannya 20.000-30.000 km2, di bagian tengah tebalnya sampai ratusan meter. Volume total material letusan Toba menurut van Bemmelen (1949) adalah 2000 km3.
Big Bang
Evolusi pembentukan Gunung api dan kawah/Danau Toba serta Pulau Samosir (van Bemmelen, 1949)
Penelitian-penelitian modern (misalnya Rose dan Chesner, 1987) menunjukkan bahwa abu volkanik Toba menyebar di seluruh Asia Selatan sampai India dan juga mengendap di dasar laut Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan, meliputi kawasan seluas 4 juta km2 dan volume materi letusan minimal 2800 km3.
Dengan besarnya materi yang diletuskan, maka terjadilah pengosongan kantong magma di bawah Toba. Hal ini telah menyebabkan runtuhnya puncak Toba menjadi sebuah kawah atau cauldron. Volume kawah ini sekitar 1000-2000 km3. Runtuhan puncak Toba di bagian tengah Kulminasi Batak ini terjadi melalui sesar-sesar terban atau sesar runtuh yang kini membentuk gawir-gawir sesar yang curam ratusan meter tingginya di beberapa tempat di sekeliling Danau Toba. Di bagian barat, sesar-sesar terban ini memotong Sesar Sumatra. Kawah runtuhan ini kemudian diisi air melalui air hujan atau sungaisungai yang mengalir menuju depresi Toba. Ssetelah diisi air, jadilah kawah gunung api ini terkenal sebagai Danau Toba.
Pulau Samosir dan Semanjung Uluan semula adalah bagian puncak Toba yang juga tertutup material tuf hasil letusan Toba. Dalam proses pembentukan kawah akibat runtuhan seperti diterangkan di atas, puncak Toba ini ikut runtuh. Tetapi kemudian, bagian runtuhan ini terangkat kembali akibat aktivitas tektonik dan magmatik setelah letusan Toba. Pulau Samosir terangkat miring ke sebelah barat, bagian barat landai dan bagian timurnya cukup curam. Semanjung Uluan terangkat miring ke timur. Jadi Pulau Samosir dan Semenanjung Uluan adalah bagian kawah Toba yang terangkat kembali (resurgent cauldron). Ditemukannya endapan danau (diatomite) di Pulau Samosir menunjukkan bahwa Pulau Samosir pernah berada di bawah muka danau. Bila diperhitungkan, pulau ini telah terangkat paling sedikit 700 meter sejak letusan mega-kolosal Toba terjadi.
Aktivitas Volkanik Pasca-Toba
Kegiatan magmatik dan volkanik Toba setelah letusan katastrofik sekitar 74.000 tahun lalu (postvulkanismus) masih terjadi, bahkan sampai sekarang. Leleran lava andesit hipersten yang merupakan mineral dominan di lava andesit ini, terjadi di sesar sebelah barat daya Toba, membentuk kerucut volkanik Pusukbuhit, yang sebagian lavanya tersilisifikasi oleh proses hembusan gas belerang solfatara.
Semburan air panas (fumarola) dan gas belerang (solfatara) di wilayah Pangururan di dekat Pusukbuhit adalah juga gejala volkanisme pasca-Toba. Gejala volkanik pasca-Toba yang lain adalah pembentukan gunung-gunung dasitik-andesitik yang banyak terjadi berhubungan dengan sesar-sesar akibat runtuhan Toba, yaitu kerucut-kerucut volkanik Singgalang (1.865 m), Tandukbenua, juga beberapa gunung api aktif sekitar 30-40 km di sebelah utara Danau Toba yaitu Sinabung (2.460 m) dan Sibayak (2.094 m). Gunung-gunung api ini belum mati sama-sekali, masih terjadi aktivitas pasca-volkanik pada gununggunung ini.
Big Bang
Perbandingan material letusan beberapa gunung api di dunia. Toba mencolok sendiri dengan material letusan diperhitungkan minimum sekitar 2600 km3, jauh melebihi beberapa gunung api lain (Lockwood dan Hazlett, 2010).
Sejarah Erupsi Toba
Pengukuran endapan-endapan volkanik berupa tuf di sekitar Danau Toba menunjukkan bahwa Gunung api Toba ternyata telah meletus beberapa kali. Paling tua diketahui dari Tuf Dasit Haranggaol 1,2 juta tahun (Chesner dkk. 1991), kemudian terjadi juga letusan pada 840.000 tahun yang lalu (Diehl dkk., 1987), 501.000 tahun yang lalu (Chesner dkk., 1991), dan letusan terbesar adalah yang terjadi pada 74.000 tahun yang lalu. Berdasarkan umur-umur letusannya, Chesner dkk. (1991) memperkirakan daur letusan besar terjadi setiap 340.000-430.000 tahun sekali.
Tiga letusan/erupsi gunung api terbesar di dunia pada zaman prasejarah maupun sejarah terjadi di Indonesia, yaitu erupsi mega-kolosal Toba 74.000 tahun yang lalu, erupsi Tambora 1815 M, dan erupsi Krakatau 1883 M. Letusan Tambora melontarkan material sebanyak 160 km3, menewaskan 91.000 orang baik langsung maupun tak langsung. LetusanKrakatau melontarkan material 18 km3, menewaskan 36.000 orang terutama akibat tsunami yang dibangkitkan oleh material letusan. Sementara Toba jauh di atas itu, ia melontarkan 2800 km3 material dan mungkin menewaskan 90 % penduduk Bumi saat itu (Ambrose, 1998).
Untuk mengukur kekuatan ledakan gunung api, para ahli gunung api telah mengembangkan parameter VEI, volcanic explosivity index. Dari kriteria-kriteria tersebut, maka erupsi Krakatau 1883 M berada pada VEI = 6 (paroxysmal), Tambora 1815 M pada VEI = 7 (colossal), dan erupsi Toba 74.000 tahun yang lalu pada VEI = 8 (megacolossal). Berdasarkan banyak studi, maka frekuensi erupsi dengan VEI ≥ 6, di seluruh dunia terjadi 1 x di dalam 50 tahun; VEI ≥ 7, terjadi 1 x di dalam 450 tahun; dan VEI ≥ 8, terjadi 1 x di dalam 300.000 tahun atau lebih. Batas paling tinggi VEI adalah antara 8 dan 9. Erupsi Toba mungkin merupakan batas itu (Lockwood dan Hazlett, 2010).
Big Bang
Parameter-parameter klimatologi dan oseanografi global yang menunjukkan perubahan signifikan pada 74.000 tahun yang lalu, merespon efek letusan mega-kolosal Toba. (Rampino dan Self, 1992)
Katastro fi Geologi oleh Super-erupsi
Katastrofi geologi adalah suatu proses geologi yang menyebabkan perubahan sangat besar bagi lingkungan Bumi dan penghuninya, ditandai dengan rusak atau hancurnya lingkungan, kondisi iklim yang tidak menunjang bagi kelangsungan kehidupan, sehingga sebagian besar makhluk hidup mengalami kepunahan dalam skala besar (kepunahan massa/ mass extinction). Dengan terjadinya erupsi Toba dalam skala megakolosal, VEI = 8, yang terbesar di Bumi dalam 28 juta tahun terakhir, maka suatu katastrofi geologi diperkirakan telah terjadi. Kejadian ini secara definitif disebut sebagai “Teori Katastrofi Toba”.
Katastrofi Toba terjadi melalui dua cara, yaitu musim dingin volkanik (volcanic winter) dan punahnya sebagian besar manusia modern yang saat itu sedang bermigrasi keluar dari Afrika (population bottlenecking) (Gibbons, 1993; Rampino dan Self, 1993; Ambrose, 1998)
Musim dingin volkanik terjadi bila banyak abu tersembur masuk ke dalam atmosfer. Kadar asam belerang pun memasuki atmosfer , dan bila abu volkanik terinjeksi lebih tinggi ke dalam atmosfer, maka abu volkanik dan asam belerang tersebut akan tinggal lebih lama di dalam atmosfer. Kejadiannya bisa selama berabad-abad, bahkan ribuan tahun, lalu mereka akan menangkis dan mengubah influks energi matahari ke atmosfer bagian bawah. Manusia modern yang hidup antara 1815-1818 pun menderita akibat letusan Tambora. Bagaimana bila itu terjadi 74.000 tahun yang lalu dan berasal dari sebuah erupsi megakolosal yang puluhan kali lebih kuat daripadaTambora? Maka, mungkin benar, bahwa telah terjadi suatu kepunahan massa.
Big Bang
Parameter-parameter klimatologi dan oseanografi global yang menunjukkan perubahan signifikan pada 74.000 tahun yang lalu, merespon efek letusan mega-kolosal Toba. (Rampino dan Self, 1993)
Letusan Toba 74.000 tyl telah menghasilkan 3 milyar ton abu halus dan aerosol H2SO4 dan SO2 yang terlontar setinggi 27-37 km menginjeksi atmosfer dan sangat signifikan mengurangi transmisi sinar Matahari ke permukaan Bumi (Rampino dan Self, 1992; Chesner dkk., 1991). Diperhitungkan bahwa transmisi sinar Matahari saat itu hanya 0,001-10 %. Menurunnya daya terima sinar Matahari ini telah menyebabkan temperatur menurun 3-5oC. Saat itu Zaman Es sedang menjelang, dan letusan Toba diyakini telah mempercepat datangnya Zaman Es ini. Toba juga telah melepaskan sebanyak 540 milyar ton air yang naik sampai stratosfer dan dapat mengubah gas belerang yang dilontarkan Toba menjadi 1-10 milyar ton aerosol H2SO4. Posisi Toba di wilayah tropis juga membuatnya lebih efisien untuk abu dan gas dari Toba memasuki stratosfer di kedua belahan Bumi.
Mengenai hal ini, para ahli umumnya sepakat bahwa letusan megakolosal Toba telah memicu ataumempercepat musim dingin sesuai siklus geologi. Mereka hanya berbeda pendapat di mekanisme terjadinya musim dingin volkanik dan tingkat penurunan temperatur, misalnya yang didiskusikan oleh Oppenheimer (2002) dan Robock dkk. (2009).
Big Bang
Parbakalan, Sidikalang, lembah terbuka sejajar (strike valley) Sesar Sumatra. Foto: Margaretha Purwaningsih
Kemungkinan terjadinya penciutan populasi manusia akibat erupsi mega-kolosal Toba pertama kali dikemukakan oleh Gibbons (1993). Pendapat ini kemudian segera disokong oleh Rampino dan Self (1993). Teori bottleneck ini kemudian dikembangkan oleh Ambrose (1998) dan Rampino dan Ambrose (2000). Menurut para pendukung teori genetic bottleneck, antara 50.000-100.000 tyl, populasi manusia mengalami penurunan yang sangat drastis, dari sekitar 100.000 individu menjadi sekitar 10.000 individu (Gibbons, 1993; Ambrose, 1998). Bukti-bukti genetik juga menunjukkan bahwa semua manusia yang hidup sekarang, meskipun sangat bervariasi, diturunkan dari populasi yang sangat kecil antara 1000-10.000 pasangan sekitar 70.000 tyl.
Setelah genetic bottleneck dan pemulihan kembali, diiferensiasi ras populasi manusia terjadi dengan cepat. Oleh karenanya, diajukan pendapat bahwa Toba telah menyebabkan ras-ras modern berdiferensiasi secara mendadak hanya sekitar 70.000 tahun yang lalu, daripada secara berangsur selama satu juta tahun.
Terjadinya musim dingin volkanik dan Zaman Es yang segera karena letusan Toba dapat menjawab suatu paradoks tentang asal Afrika buat manusia, yaitu: bila kita semua berasal dari Afrika (Out of Africa) mengapa kita semuanya tidak mirip orang Afrika? Karena musim dingin volkanik dan Zaman Es yang segera telah mengurangi populasi sampai tingkat cukup rendah untuk meneruskan efek nenek moyang, lalu terjadi aliran genetik dan adaptasi lokal menghasilkan perubahan cepat pada populasi yang selamat, yang menyebabkan manusia-manusia di seluruh dunia terlihat begitu berbeda. Dengan kata lain, Toba telah menyebabkan ras modern manusia terdiferensiasi secara mendadak (Ambrose, 1998).
Demikian, beberapa aspek tentang Toba, tentang sejarah geologi, tektonik dan erupsi katastrofiknya pada 74.000 tahun yang lalu, tentang efeknya bagi iklim dunia dan akibatnya atas katastrofi biologi berupa penciutan jumlah manusia. Mengunjungi tempat-tempat dengan fenomena geo-histori di Indonesia yang menarik sangat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan tentang tempat tersebut, yang mungkin sebelumnya tidak diketahui dengan baik. Hal ini akan makin membuat kita takjub atas warisan geo-histori Indonesia, sehingga kita dapat lebih mencintainya.

Penulis adalah spesialis utama di SKMIGAS dan penggiat
komunitas “Geotrek Indonesia”.

0 komentar:

Danau Toba

A.  INFORMASI UMUM

1. Letak Geografis dan Luas Danau

Secara geografis Kawasan Danau Toba terletak di pegunungan Bukit Barisan Propinsi Sumatera Utara pada titik koordinat 2021‘ 32‘‘– 20 56‘ 28‘‘  Lintang Utara dan 980 26‘ 35‘‘ – 990 15‘ 40‘‘ Bujur Timur. Danau Toba terletak di Pulau Sumatera 176 Km arah Selatan Kota Medan,    merupakan danau terbesar di Indonesia dan di Asia Tenggara. Permukaan danau berada pada ketinggian 903 meter dpl, dan Daerah Tangkapan Air (DTA) 1.981 meter dpl. Luas Perairan Danau Toba yaitu 1.130 Km2  dengan kedalaman maksimal danau 529 meter. Total luas Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba   lebih kurang 4.311,58 Km2.

LUAS WILAYAH DTA DANAU TOBA
No
Kabupaten
Kecamatan
Luas Wilayah (Km2)
1
Samosir
Simanindo
Pangururan
Palipi
Nainggolan
Onan Runggu
Ronggur Ni Huta
Harian
Sitio-tio
Sianjur Mula-mula
198,20
121,43
129,55
87,86
60,89
94,87
560,45
50,76
140,24
2
Toba Samosir
Lumban Julu
Uluan
Porsea
Laguboti
Sigumpar
Balige
Ajibata
Tampahan
Silaen
Habinsaran
145,40
118,00
87,10
73,90
25,20
91,05
72,80
24,45
62,90
417,84
3
Simalungun
Silima Kuta
Haranggaol Horison
Dolok Pardamean
Pematang Sidamanik
Girsang Sipangan
Bolon Purba
Sidamanik
88,50
34,50
99,42
91,03
120,38
172,00
91,03

4
Tapanuli Utara
Muara
Sipahutar
Siborong-borong
79,75
408,22
279,91

5
Humbang
Hasundutan
Bakti Raja
Dolok Sanggul
Lintong Nihuta
Pollung
50,36
211,50
114,90
201,97
6
Dairi
Silahi Sabungan
Sumbul
75,62
192,58
7
Karo
Merek
125,51
8
Luas Daratan DTA Danau Toba
4.311,58
9
Luas Permukaan Danau Toba
1.130,00
2. Iklim
DTA Danau Toba termasuk ke dalam tipe iklim B1, C1, C2, D2, dan  E2. Dengan demikian bulan basah (Curah Hujan ≥ 200 mm/bulan) berturut-turut pada kawasan ini bervariasi antara dari 3 bulan sampai dengan 7-9 bulan, sedangkan bulan kering (Curah Hujan ≤ 100 mm/bulan) berturut-turut antara 2-3 bulan. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Scmidt dan Ferguson maka DTA Danau Toba ini termasuk ke dalam tipe iklim A,B dan C.

3. Curah Hujan

Curah hujan tahunan yang terdapat di kawasan  Daerah Tangkapan Air Danau Toba berkisar antara 1.700 sampai dengan 2.400 mm/tahun. Sedangkan puncak musim hujan terjadi pada bulan Nopember – Desember dengan curah hujan antara 190 – 320 mm/bulan dan puncak musim kemarau terjadi selama bulan Juni – Juli dengan curah hujan berkisar
54 – 151 mm/bulan.

4. Suhu dan Kelembaban Udara

Suhu udara bulanan di EKDT ini berkisar antara 18,0 – 19,7 0C di Balige dan antara 21,0 – 20,0 di Sidamanik. Suhu udara selama musim kemarau cenderung agak lebih tinggi dibandingkan dengan selama musim hujan. Sedangkan angka kelembaban tahunannya berkisar antara 79 – 95 %. Pada bulan-bulan musim kemarau kelembaban udara cenderung agak rendah dibandingkan pada bulan-bulan musim hujan. Evaporasi bulanan di EKDT ini berkisar antara 74 – 88 mm/bulan. Angka evaporasi selama musim-musim kemarau cenderung lebih tinggi dibandingkan selama musim hujan.

5. Hidrologi

Air yang masuk ke Danau Toba berasal dari : (1) Air hujan yang langsung jatuh ke danau ; (2) Air yang berasal dari sungai-sungai yang masuk ke danau. Sungai-sungai yang mengalir dan bermuara ke Danau Toba yaitu (1) Sungai Sigubang, (2) Sungai Bah Bolon, (3) Sungai Guloan, (4) (5) Sungai Arun, (6) Sungai Tomok, (7) Sungai Sibandang, (8) Sungai Halian, (9) Sungai Simare, (10)Sungai Aek Bolon, (11)Sungai Mongu, (12) Sungai Mandosi, (13) Sungai Gopgopan, (14) Sungai Kijang, (15) Sungai Sinabung, (16) Sungai Ringo, (17) Sungai Prembakan, (18) Sungai Sipultakhuda dan (19) Sungai Silang. Sedangkan Outlet Danau Toba 1 buah yaitu Sungai Asahan.
Daerah aliran sungai (Catchment Area) tersebut diatas terdiri dari 26 Sub DAS, yaitu : Aek Sigumbang, Aek Haranggaol,  Situnggaling, Naborsahon,Tongguran, Gopgopan, Mandosi, Aek Bolon, Simare, Halion, Sitobu, Siparbul, Pulau Kecil, Silang, Bodang, Parembakan, Tulas, Aek Ranggo, Simala, B. Sigumbang, B. Bolon, Silabung, Guluan, Arun, Simaratuang, Sitiung-tiung.
Total jumlah sungai yang masuk ke Danau Toba adalah 289 sungai. Dari Pulau Samosir adalah 112 sungai dan dari Daerah Tangkapan Air lainnya adalah 117 sungai. Dari 289 sungai itu, 57 diantaranya mengalirkan air secara tetap dan sisa 222 sungai lagi adalah sungai musiman (intermitten).

6. Topografi dan Tata Guna Lahan

Kondisi topografi DTA Danau Toba didominasi oleh perbukitan dan pegunungan, dengan kelerengan lapangan terdiri dari datar dengan kemiringan( 0 – 8 % ) seluas 703,39 Km2, landai (8 – 15 %) seluas 791,32 Km2, agak curam (15 – 25 %) seluas 620,64 Km2, curam (25 – 45 %)seluas 426,69 Km2     sangat curam sampai dengan terjal (> 45 %) seluas 43,962 Km2.
Eksisting penggunaan dan penutupan lahan di DTA Danau Toba terdiri  dari  hutan  alam, hutan rapat,   hutan tanaman,   hutan   jarang  dan   kebun   campuran,  semak belukar, resam,  tanaman semusim, persawahan dan lahan terbuka (permukiman, bangunan lain, lahan terbuka, padang rumput dan alang-alang).
Penggunaan dan Penutupan Lahan di DTA Danau Toba
No
Tipe Habitat
% terhadap luas DTA
1
2
3
4
5
6
Hutan alam, hutan rapat
Hutan tanaman, hutan jarang, kebun campuran
Semak, belukar muda, resam Tanaman Semusim Persawahan
Lahan terbuka (permukiman, bangunan lain, pembukaan lahan)
rumput dan alang-alang
13,47
13,68
15,09
36,39
9,44
11,93

Jumlah
100
Jenis Penggunaan Lahan pada DTA Danau Toba

No

Kabupaten
Jenis Penggunaan Tanah  (Ha)
Tanah Sawah
Tanah Kering
Bangunan/
Pekarangan
Lainnya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Samosir
Toba Samosir Simalungun Tapanuli Utara
Humbang
Hasundutan
Dairi
Karo
5.011,60
12.267
1.258,25
860
1.071
239
827
63.820
20.232,3
31.368,75
4.308
60
1.465
5.801
2.037
2.623,4
2.348,50
184
75
252
63
56.424,3
24.866,9
8.021,50
2.623,00
0
5.040,00
5.860,00

Jumlah
21.533,85
127.055,05
7.582,90
107.374,40

7. Fungsi dan Manfaat Danau

    Cadangan Air (Air Baku Air Minum)
Air danau Toba dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai air baku air minum.
    Objek Wisata.
Danau Toba yang memiliki pemandangan alam yang menakjubkan sangat berpotensi sebagai sebagai sebagai objek wisata.
  Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
PLTA memproduksi energy listrik 450 megawatt. Potensi sumber daya air Danau Toba telah memproduksi energy listrik sebesar 450 Megawatt melalui PLTA Asahan yang memanfaatkan outlet air Danau Toba yang Sungai Asahan.
  Transportasi
Danau Toba dimanfaatkan sebagai sarana transportasi di Kawasan Danau Toba.
  Sarana transportasi di Kawasan Danau Toba.
Danau Toba dimanfaatkan sebagai sarana transportasi di Kawasan Danau Toba.
  Budidaya  pertanian  meliputi  budidaya  :  tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan.

B.  KARAKTERISTIK DANAU

1. Keanekaragaman Hayati Danau

Secara umum habitat KDT dapat dikelompokkan menjadi 2 tipe habitat  yaitu (1) habitat perairan Danau Toba dan (2) habitat daratan Kawasan Danau Toba yang berupa Samosir dan daratan di sekeliling luar danau dalam cakupan Kawasan Danau Toba.
Habitat Perairan dan Daratan Danau Tobaa

Habitat Perairan
Habitat Daratan
Flora
Fauna
-    Ikan Batak jenis Lissochilus sumatranus dan Labeobarbus soro
-    Remis Toba (Corbicula tobae)
Meranti, kapur, keruing, puspa, manggis hutan, kayu raja, pinus, liana, epifit, zing iberaceae, pohon Hoting Batu ,Atuang (Semecarpus, sp). Sona,Dakkap  dan  Kamboang angsana, beringin, cemara, ekaliptus, mahoni, kaliandra, kemiri, johar, mindi, palu, pinus dan suren. alpukat, aren, bambu, belimbing, cengkeh, coklat, dadap, durian, gamal, jambu mente, jarak, jengkol, jeruk, kapuk, kecapi, kelapa, kemiri, kopi, kayu manis, mangga, nangka, petai cina, petai, pinang, rambutan, sawit, sawo dan sirsak.
Burung rangkong, elang, kuau, burung hantu, beo, monyet beruk, siamang, kancil, kucing hutan, macan dahan, babi hutan, biawak, Tapir (Tapirus indicus), Kambing Hutan, Rusa (Cervus unicolor), Harimau Sumatera (Panthera tiris sumatrensis), Paku Ekor Kuda (Plathycerium sp), berbagai jenis anggrek alam (Dendrobium spp). kutilang, sikatan, tekukur, bubut, beo,

2. Sosial, Ekonomi dan Budaya

Kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar kawasan ekosistem Danau Toba dapat  dilihat  dari  aspek  mata pencaharian, pendidikan, kesehatan, prasarana dan sarana pendukung. Dari aspek sosial budaya, masyarakat di kawasan tersebut hidup dalam beragam marga dan tradisi yang tetap dipegang teguh hingga kini. Kearifan lokal tersebut banyak mewarnai seluk-beluk masyarakat sehingga tidak dapat diabaikan dalam menyusun perencanaan pembangunan setempat. Sedangkan kegiatan perekonomian sebagian masyarakat di Kawasan Danau Toba masih mengandalkan   pada   sektor   pertanian, termasuk kegiatan peternakan dan perikanan.
Ditinjau dari karakteristik budidaya pertanian yang dilakukan umumnya dilakukan pada lahan kering untuk budidaya tanaman pangan, tanaman perkebunan dan kehutanan. Sementara pengusahaan kegiatan pertanian pada lahan basah hanya dilakukan untuk tanaman pangan.
Penduduk yang bermukim di Kawasan Danau Toba tersebar di 443 desa/kelurahan pada 37 Kecamatan, di 7 Kabupaten ( Samosir,Toba Samosir, Simalungun, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Karo dan Dairi) dengan jumlah total penduduk 580.428 jiwa.
Jalur angkutan danau penyeberangan di perairan Danau Toba :
1.  Ajibata ke Tomok.
2.  Ajibata ke Pangururan melalui Ambarita.
3.  Balige ke Pangururan melalui Nainggolan dan Mogang.
4.  Ajibata ke Nainggolan.
5.  Nainggolan ke Muara.

C.  PERMASALAHAN EKOSISTEM DANAU

1. Kerusakan Daerah Tangkapan Air (DTA)

Berbagai kegiatan masyarakat pada DTA maupun pada kawasan danaunya dapat menghasilkan limbah yang dapat mencemari perairan. Kualitas fisik-kimia perairan Danau Toba akan mengalami perubahan yang disebabkan  oleh  berbagai  kegiatan  pada Daerah Tangkapan Air maupun perairan Danau Toba.
Luas hutan pada Daerah Tangkapan Air (DTA)   Danau   Toba   pada   tahun   1985 adalah ± 78.558 Ha dan menurun pada tahun 1997 menjadi ± 62.403  Ha. Penurunan   luas   hutan   tersebut   diikuti dengan pertambahan luas semak belukar dari 103.970 Ha menjadi 114.258 Ha serta bertambahnya  luas  padang  rumput  dari 5.870 Ha menjadi 22.528 Ha (LPPM  USU, 2000). Diperlukan penataan ulang terhadap kawasan tutupan hutan yang harus dipelihara di kawasan Danau Toba. Salah satu penyebab kebakaran hutan adalah keteledoran masyarakat, sebagian masyarakat membakar alang-alang dengan tujuan untuk mendapatkan rumput muda sebagai makanan ternak. Pembakaran alang-alang dapat merambat ke areal berhutan.
Pada DTA Danau Toba telah terjadi terindikasi  adanya  penebangan  hutan secara liar, penebangan hutan secara untuk kawasan Danau Toba akan menurunkan kapasitas  resapan kawasan hutan terhadap air hujan. Pembukaan hutan untuk di konversi menjadi lahan pertanian akan mengakibatkan lahan terbuka sehingga akan meningkatkan laju erosi, transpor sedimen maupun meningkatkan aliran permukaan. Kemampuan resapan kawasan yang telah dibuka penutupan hutannya juga akan menurunkan kemampuan lahan meresapkan air hujan. Peningkatan aliran permukaan dan penurunan resapan ini juga akan mengganggu keseimbangan / neraca air danau dan menurunkan fungsi hidrologis DTA secara umum.

2. Kerusakan Sempadan

a. Okupasi lahan
b. Penambangan  galian   C,   potensi   bahan galian di Kawasan Danau Toba relatif besar walaupun kegiatan   penambangan yang dilakukan  tanpa  perencanaan  yang memadai. Sesuai karakteristik fisik Kawasan Danau Toba, akan berpotensi mengakibatkan longsor,  erosi aliran permukaan dan juga mempengaruhi kualitas air yang mengalir ke Danau Toba.
c. Pertumbuhan   dan       pemukiman,   hotel, restoran yang tidak sesuai dengan tataruang semestinya.
d.  Penurunan  jumlah  wisatawan  ke  Danau Toba.
e. Pencemaran oleh limbah domestik, pertanian, dan peternakan.
f.  Erosi lahan dan tepi sungai dan galian pasir.
3. Pencemaran Perairan Air Danau
Kualitas perairan Danau Toba pada dasarnya dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia disekitarnya, terutama pemukiman penduduk, peternakan,  pertanian,  kegiatan   pariwisataan dan perdagangan termasuk pasar, hotel dan restoran  serta  kegiatan  transportasi  air. Pengaruh terpenting dari seluruh kegiatan tersebut adalah produksi sampah dan limbah yang secara langsung maupun tidak langsung akan masuk ke dalam perairan danau.
Berdasarkan survey yang dilakukan, sumber- sumber pencemar yang potensial menimbulkan pencemaran air Danau Toba adalah sebagai berikut :
a. Limbah domestik.
b. Perahu   motor/kapal   yang   menghasilkan residu minyak dan oli.
c. Peternakan yang menghasilkan limbah dan sisa makanan.
d. Budidaya  perikanan  yang  menggunakan keramba jaring apung yang menghasilkan sisa pakan ikan (pellet).
e. Pertanian    yang    menghasilkan    residu pestisida dan pupuk.
f.  Sektor kehutanan.
g. Industri kecil (industri ulos dan industri pengolahan kopi) yang dapat menghasilkan limbah yang dapat mencemari perairan danau.
h. Populasi enceng gondok.
Limbah cair yang berasal dari hotel/penginapan di sekitar Danau Toba yang dibuang secara langsung ke perairan danau akan mempengaruhi kadar amonium pada perairan Danau Toba. Adapun kondisi Kualitas Air Danau Toba dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
  • Limbah domestik yang mencemari lingkungan seperti :
  • Pembuangan sisa-sisa makanan ke selokan.
  • Pembuangan sisa-sisa minuman (teh manis, susu, juice, dll)
  • Pembuangan air sisa cucian peralatan makan dan masak.
  • Pembuangan sisa air mandi ke selokan.
  • Cucian makanan, cucian beras, pakaian, dan lain-lain ke selokan.
  • Pembuangan plastik, kertas dan sampah lainnya.
  • Pembuangan sisa minyak goreng dan sisa makanan lainnya ke lingkungan.
Kegiatan MCK dengan menggunakan air Danau Toba banyak dijumpai seperti mencuci perkakas dapur, mandi sampai penempatan WC yang didirikan persis di pinggiran pantai Danau Toba. Tiga unsur   yaitu nitrogen, fosfor dan kalium merupakan faktor penyubur perairan ini akan meningkatkan pertumbuhan tumbuhan air seperti ganggang dan enceng gondok. Gulma air seperti enceng gondok, ganggang dan sebagainya secara umum dapat menjadi indikator tingginya unsur hara baik unsur organik maupun anorganik yang masuk dalam perairan. Pada tingkat tertentu penyuburan perairan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan gulma air ini menjadi ekspansif, sehingga dapat menurunkan kualitas serta estetika perairan.

4. Resiko Bencana

Beberapa jenis bencana alam yang potensial di Kawasan Danau Toba antara lain : gempa bumi tektonik, gempa bumi gunung api berbagai longsoran, letusan gunung api, banjir, banjir bandang dan erosi.

D.  RENCANA AKSI TINDAK

Rencana aksi pengelolaan Danau Toba dibagi atas 2 yaitu Rencana aksi yang telah dilakukan dan Rencana Aksi yang akan dilakukanRencana Aksi Pengelolaan Danau Toba.
Rencana Aksi Yang Telah dilakukan
Rencana Aksi Yang akan dilakukan

1.   Pembentukan Badan Koordinasi Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba sebagai Badan yang berfungsi mengkoordinasikan dan menjalankan arah kebijakan pengelolaan EKDT.
2.   Penyusunan Kajian Akademis Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba sebagai kawasan strategis nasional.
3.   Penyusunan rencana pendirian Ecologycal Research
Center, sebagai pusat penelitian ekologi danau.
4.   Penetapan Baku Mutu Air Danau Toba sebagai Kelas I.
5.   Pembentukan Forum Danau Toba sebagai wadah untuk menggalang partisipasi masyarakat, tokoh adat dan perguruan tinggi.
6.   Gerakan pemberdayaan masyarakat di kawasan Danau Toba melalui pencanangan Gerakan Aku Cinta Danau Toba.
7.   Sinergitas program-program sektoral melalui Rapat kerja teknis bidang pariwisata, lingkungan hidup, kehutanan, perikanan dan telah menghasilkan rencana program bersama untuk setiap sektor tersebut.

1.   Pengelolaan limbah padat/sampah pada pemukiman.
2.   Penerapan sistim pembuangan  limbah MCK.
3.   Penyuluhan kepada masyarakat untuk mengurangi penggunaan deterjen.
4.   Pengelolaan limbah oleh pengelola Hotel & Rumah
Makan.
5.   Mewajibkan kegiatan/usaha di Danau Toba untuk mengolah limbahnya.
6.   Pengkajian dampak pencemaran kegiatan budidaya perikanan terhadap kualitas perairan Danau Toba.
7.   Mengarahkan pengembangan budidaya perikanan pada zona potensial.
8.   Penanganan / pembersihan enceng  gondok di perairan Danau Toba.
9.   Pengkajian pemanfaatan enceng gondok dalam
kegiatan industri rumah tangga.
10. Rehabilitasi Kawasan-Kawasan Lindung yang rusak di DTA.
11. Pendeliniasian dan penetapan Kawasan yang berfungsi sebagai hutan lindung.
12. Pendeliniasian dan penetapan Kawasan yang
berfungsi sebagai hutan lindung.
13. Program pengembangan budidaya rumput hijauan makanan ternak (HMT) untuk memenuhi makanan ternak dengan pembuatan Demplot HMT.
14. Inventarisasi dan identifikasi tipe, keanekaragaman dan sifat perkembangan flora dan fauna daratan dan perairan.

0 komentar:

PETA GEOLOGI SEKITAR DANAU TOBA


Geologi (berasal dari Yunani: γη- [ge-, "bumi"] dan λογος [logos, "kata", "alasan"]) adalah Ilmu (sains) yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya. Sedangkan peta geologi adalah peta yang memuat penyebaran batuan di suatu wilayah.
Berdasarkan peta geologi yang dikeluarkan Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional lembar Sidikalang dan lembar Pematang Siantar, geologi di sekitar danau toba dapat dilihat pada gambar peta dibawah ini.


Gambar peta Geologi di sekitar danau Toba.

Deskripsi geologi berdasarkan peta geologi lembar Sidikalang

Batuan Sedimen dan Meta Sedimen
ALUVIUM  terdiri dari kerikil, pasir, lumpur, fanglomerat kipas, tanah diatome, koral
FORMASI MEULABOH  terdiri dari kerikil, pasir dan lempung

FORMASI TUTUT  terdiri dari konglomerat, batupasir, sedikit batulanau dan batulumpur.
FORMASI BARUS terdiri dari batupasir, batulumpur gampingan, sedikit gamping, konglomerat alas.
FORMASI SIBOLGA  terdiri dari batupasir, batulanau, batulumpur dan konglomerat
FORMASI GUNUNGAPI TAPAKTUAN terdiri dari anggota Batupasi: Batugamping metapelitik.

FORMASI SAMOSIR terdiri dari batupasir tufaan, batulanau, konglomerat dan tanah diatome
FORMASI PEUTU, Angota Parapat: Batupasir, konglomerat, batulumpur gampingan.
FORMASI KUALU terdiri dari serpih batupasi dan batulanau.
FORMASI KUALU Anggota Batugamping Sibaganding terdiri dari biokalsilutit.
FORMASI ALAS terdiri dari serpih, batulanau, pasir, wake, konglomerat.
FORMASI ALAS, Anggota Batugamping, pejal, batugamping hablur.
Formasi KLUET terdiri dari batupasir metakuarsa, metaklake, batusabak dan filit.
FORMASI BAHOROK terdiri dari metawake, metakonglomerat dan batusabak.
FORMASI TAPANULI TAK TERURAIKAN : Litologi seperti formasi Bahorok dan Formasi Kluet.
FORMASI KEUTAPANG terdiri dari perlapisan batupasir dan batulumpur
FORMASI BAONG terdiri dari batulumpur gampingan
FORMASI PEUTU, Anggota Belumai terdiri dari batugamping terumbu, batupasir glaukonit dan batulanau.
FORMASI BAMPO terdiri dari batulumpur Euxinic
FORMASI BRUKSAH terdiri dari batupasir dan konglomerat.
KELOMPOK WOYLA TAK TERURAIKAN terdiri dari metagunungapi dan metasedimen.

BATUAN GUNUNG API

PUSAT IMUN terdiri dari dasit dan/atau riolit
PUSAT PUSUK BUKIT terdiri dari dasit dan andesit
PUSAT SIPISO-PISO tediri dari dasit dan andesit
PUSAT TOBA
UNIT SIBUTAN terdiri dari lava riolit dan piroklastik (stuan tufa tak terpetakan
UNIT SIBANDANG terdiri dari riolit
TUFA TOBA terdiri dari tufa riodasit sebagian terlaskan

PUSAT TAKUR TAKUR
UNIT TAKUR TAKUR terdiri dari andesit, dasit dan piroklastik
PUSAT SIMBOLON
UNIT SIMBOLON terdiri dari lava andesit, plug dan piroklastik
FORMASI GUNUNG API TRUMON terdiri dari batuan gunungapi andesit dan batupasir
FORMASI GUNUNGAPI HARANGGAOL terdiri dari andesit, dasit dan piroklastik
FORMASI GUNUNGAPI PINAPAN terdiri dari Andesit, hipabisal dan piroklastik
FORMASI GUNUNGAPI TORU terdiri dari Aglomerat andesitik
FORMASI GUNUNGAPI TAPAKTUAN terdiri dari gunungapi Menengah

BATUAN TEROBOSAN

Retas pumis berhubungan dengan TUFA TOBA
Retas dolerit berhubungan dengan FORMASI GUNUNGAPI PINAPAN
MIKRODIORIT TRUMON terdiri dari diorit berukuran sedang, mikrodiorit dan mikrodiorit kuarsa yang berhubungan dengan FORMASI GUNUNGAPI PINAPAN.
MIKRODIORIT PARAPAT terdiri dari mikrodiorit kuarsa mungkin berhubungan dengan FORMASI GUNUNGAPI HARANGGAOL.
GRANIT BAKONGAN terdiri dari Leukogranit mika terdaunkan.
GRANIT KETERAN terdiri dari turmalin kasar, granit pegmatitik.
KOMPLEK SIBOLGA terdiri dari granit, sedikit granit berwarna terang, diorit, aplit, pegmatit.

BATUAN MALIHAN (DERAJAT TINGGI)

BATUGAMPING (terubah): marmer dan sekis kapur.


Deskripsi geologi berdasarkan lembar Pematang Siantar akan saya tambahkan lain waktu.

0 komentar:

Copyright © 2012 Raun-raun Medan